Susut pascapanen pada biji-bijian menjadi tantangan yang semakin mendesak untuk ditangani, tetapi upaya memahami akar penyebab dan solusi praktisnya dinilai lebih diperlukan agar dapat membuka jalan yang lebih berkelanjutan bagi masa depan. Mikroorganisme, serangga, dan hama (tikus) adalah musuh yang tanpa henti dapat mendatangkan malapetaka pada biji-bijian selama penyimpanan dan transportasi. Fasilitas penyimpanan yang tidak memadai semakin memperburuk masalah, membuat hasil panen yang berharga rentan rusak dan lenyap begitu saja. Selain itu, aktifitas fisiologi dari dalam biji-bijian sendiripun berperan dalam munculnya susut melalui respirasi, yang menyebabkan penurunan kualitas dan viabilitas.
Praktik pascapanen yang buruk dan kurangnya pengetahuan dan sumber daya petani juga berkontribusi secara signifikan terhadap masalah ini. Tumpahan dan kontaminasi, meskipun tampaknya kecil, secara kumulatif dapat menyebabkan kerugian yang besar. Selain itu, kehadiran penyakit pascapanen dan hama yang tidak diinginkan, seperti penggerek biji-bijian dan ngengat Angoumois, menambah penderitaan para pelaku penangan biji-bijian.
Namun, secercah harapan mulai mendekat, metode penyimpanan kedap udara (hermetic storage) muncul sebagai solusi yang menjanjikan. Dengan menciptakan kondisi atmosfer yang kedap udara dan termodifikasi, penyimpanan hermetic mampu menekan pertumbuhan serangga dan jamur (cendawan), sehingga menjaga kualitas bijian dan mengurangi kerugian. Kepraktisan dan hemat biaya membuatnya menarik, terutama bagi petani kecil yang kesulitan membiayai metode penyimpanan modern lainnya.
Peneliti (Kusuma & Jamaludin, 2022) menyarankan beberapa arah riset di masa depan untuk mengatasi krisis biji-bijian. Berfokus pada pelatihan dan kesadaran petani dapat mendukung penerapan teknologi pascapanen dan mengurangi susut. Memperbaiki praktik pertanian, seperti pengendalian hama dan rotasi tanaman, menjanjikan peningkatan hasil panen secara keseluruhan dan mengurangi susut selama penyimpanan.
Mengembangkan teknologi penyimpanan baru yang tahan terhadap hama dan penyakit pascapanen dapat merevolusi pengawetan biji-bijian. Selain itu, menemukan langkah-langkah yang efektif untuk memerangi serangan hewan pengerat sangat penting, karena metode penyimpanan yang ada saat ini seringkali masih belum mampu mengatasi hal tersebut.
Mempertimbangkan potensi dampak diversifikasi tanaman terhadap ketahanan pangan dan pasokan biji-bijian membuka jalan baru untuk penelitian selanjutnya. Mengevaluasi sistem penyimpanan dan penanganan saat ini dalam konteks perubahan iklim dapat membantu mengidentifikasi area riset yang masih membutuhkan perbaikan dan peningkatan.
Kesimpulannya, dengan mempelajari arah penelitian ini dan mengatasi penyebab utama susut pascapanen secara langsung, kita dapat mengambil langkah signifikan untuk mengurangi kelaparan, melestarikan sumber daya, dan meningkatkan taraf kehidupan petani. Masa depan pelestarian biji-bijian terletak pada kemauan kita untuk berinovasi dan menerapkan solusi yang berkelanjutan untuk memastikan panen bijian yang melimpah juga dapat dinikmati oleh mereka yang paling membutuhkannya.
Artikel ini bersumber dari paper berjudul “A Bibliometric Analysis of Post-Harvest Research and Innovations in Tackling Grain Crisis using VOSviewer” yang dimuat dalam prosiding internasional ICOSEAT 2022 (Bangka, Indonesia)
Referensi:
Kusuma, R. A., & Jamaludin. (2022). A Bibliometric Analysis of Post-Harvest Research and Innovations in Tackling Grain Crisis using VOSviewer. In Proceedings of the International Conference on Sustainable Environment, Agriculture and Tourism (ICOSEAT 2022) (pp. 582-593). Atlantis Press. https://doi.org/10.2991/978-94-6463-086-2_79